Senin, 14 Juni 2010

Prambanan Temple


Merupakan peninggalan Hindu terbesar di kawasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak lebihkuang 17 kilometer di sebelah Timur kota Yogyakarta. Candi Prambanan merupakan kompleks percandian dengan candi induk menghadap ke arah Timur, dengan bentuk secara keseluruhan menyerupai gunungan pada wayang kulit setinggi 47 meter.

Agama Hindu mengenal Tri-Murti, yang terdiri dari Dewa Brahmana sebagai sang Pencipta, Dewa Wishnu sebagai sang Pemelihara dan Dewa Shiwa sebagai sang Perusak.

Bilik utama dari candi induk kompleks candi Prambanan ditempati oleh Dewa Shiwa sebagai Mahadewa sehingga dapat disimpulkan bahwa candi Prambanan mreupakan candi Shiwa.

Candi Prambanan atau candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candi Roro Jonggrang, berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung, putrid Prabu (Raja, yang dalam bahasa Jawa sering disebut Ratu) Boko, yang membangun kerajaannya diatas bukit sebalah Selatan kompleks candi Prambanan.

Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan, yang dihiasi dengan relief Ramayana yang dapat dinikmati bilamana kita berperadaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat candi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu. Cerita itu berlanjut pada langkan candi Brahma yang terletak di sebelah kiri (sebelah Selatan) candi induk. Sedang pada pagar langakn candi Wishnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah Utara) candi induk, terpahat relief cerita Kresnadipayana yang menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna sebagai penjelmaan (titisan) Dewa Wishnu dalam membasmi keangkaramurkaan yang hendak melanda dunia.

Bilik candi induk yang menghadap kea rah Utara berisi patung Durga, permaisuri Dewa Shiwa, tetapi umumnya masyarakat menyebutnya sebagai patung Roro Jonggrang, yang menurut legenda, patung batu itu sebelumnya adalah tubuh hidup dari purti cantik itu, yang dikutuk oleh ksatria Bandung Bondowoso, untuk melengkapi kesanggupannya menciptakan seribu patung dalam waktu satu malam.

Candi Brahma dan candi Wishnu yang kini sudah selesai pemugarannya masing-masing hanya memiliki 1 buah bilik yang ditempati oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan.

Dihadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah candi yang berisi wahana (kendaraan) ketiga dewa tersebut. Ketiga candi itu kini sudah dipugar dan hanya candi yang ditengah (di depan candi Shiwa) yang masih berisi patung seekor lembu yang bernama Nandi, kendaraan Dewa Shiwa. Patung angsa senagai kendaraan Brahma dan patung garuda sebagai kendaraan Wishnu yang diperkirakan dahulu mengisi bilik-bilik candi yang terletak di hadapan candi kedua Dewa itu, kini telah dipugar.

Keenam candi itu merupakan 2 kelompok yang saling berhadapan, terletak pada sebuah halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi sepanjang 110 meter.

Didalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi pengapit dengan ketinggian 16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah berdiri di sebelah Utara dan yang lain di sebelah Selatan, 4 buah candi kelir dan 4 buah candi sudut.

Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindu sebagai halaman paling sacral ini, terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi 222 meter, dan pada mulanya berisi candi-candi perwara sebanyak 224 buah berderet-deret mengelilingi hfalaman dalam 3 baris.

Diluar halaman tengah ini masih terdapat halaman luar yang berbentuk segi empat dengan sisi sepanjang 390 meter.

Kamis, 10 Juni 2010

pantai paris ( Parang Tritis )


Pantai Parangtritis, adalah sebuah pantai di pesisir Samudra Hindia yang terletak kira-kira 27 kilometer sebelah selatan kota Yogyakarta.Parangtritis merupakan objek wisata pantai yang cukup terkenal di Yogyakarta selain objek pantai lainnya seperti Samas, Depok, Baron, Kukup, Krakal, dll. Sebenarnya di wilayah pesisir selatan Jogja terdapat sekitar 13 obyek wisata pantai yang semuanya memiliki pesona wisata. Namun entah mengapa Parangtritis yang menempati urutan pertama dalam angka kunjungan wisata, dibanding pantai-pantai lainnya. Mungkin dikarenakan Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung – gunung pasir yang tinngi di sekitar pantai, dimana gunung pasir tersebut biasa disebut gumuk.
Kepercayaan masyarakat setempat tentang legenda Nyi Roro Kidul juga dengan sendirinya melahirkan pesona tersendiri sehingga mampu menyedot jumlah wisatawan lebih besar dibanding pantai-pantai lainnya. Ada kepercayaan unik di Parangtritis. Boleh percaya boleh tidak bahwa memakai pakaian berwarna hijau di Parangtritis bisa membawa petaka. Menurut kepercayaan masyarakat setempat warna hijau adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul, sehingga dikhawatirkan yang memakai baju / kaos hijau akan diseret ombak ke laut karena dikehendaki oleh sang penguasa laut selatan. Adapun kebenarannya, wallahu alam bishawab.
Pantai yang termasuk wilayah Bantul ini merupakan pantai yang landai, dengan bukit berbatu, pesisir dan berpasir putih serta pemandangan bukit kapur di sebelah utara pantai. Di kawasan ini wisatawan dapat berkeliling pantai menggunakan bendi dan kuda yang disewakan dan dikemudikan oleh penduduk setempat. Selain terkenal sebagai tempat rekreasi, parangtritis juga merupakan tempat keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk bermeditasi. Pantai ini merupakan salah satu tempat untuk melakukan upacara Labuhan dari Kraton Yogyakarta.
Nama Parangtritis mempunyai sejarah tersendiri. Syahdan, jaman dahulu kala seseorang pangeran bernama Dipokusumo yang melarikan diri dari Kerajaan Majapahit datang ke daerah tersebut untuk melakukan semedi. Ketika melihat tetesan-tetesan air yang mengalir dari celah batu karang, ia pun menamai daerah ini menjadi parangtritis, dari kata parang yg artinya batu dan tumaritis yang bisa diartikan sebagai tetesan air.
Banyak sisi menarik apabila kita berwisata ke Parangtritis. Pemandangan alamnya yang indah tentu saja yang menjadi sajian utama. Untuk menikmatinya, kita bisa sekedar berjalan kaki menyusuri pantai. Atau jika nggak mau capai kita juga bisa menyewa jasa bendi yang akan mengantar kita melewati rute serupa. Selain bendi ada pula tawaran menunggang kuda untuk menjelajahi pantai.
Selain pemandangan alamnya ternyata di Parangtritis ada juga tempat bersejarah yang terdapat di sekitar pantai. Salah satunya adalah Makam Syeh Bela Belu yang terletak di jalan menuju pantai. Kita bisa naik melalui tangga yang menghubungkan jalan raya dengan bukit tempat makam sakral ini. Umumnya, banyak peziarah datang pada hari Selasa kliwon.
Lalu ada pula wisata gua, Gua Langse namanya. Untuk menuju Gua Langse harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 3 km dan melalui tebing setinggi 400 meter dengan sudut kemiringan yg sangat terjal. Untuk memasuki gua yang juga sering disebut sebagai Gua Ratu Kidul ini, anda harus meminta ijin pada juru kuncinya terlebih dahulu.

candi boko kalasan



Candi Ratu Boko (Queen Boko Temple) adalah situs arkeologi yang terletak di antara bukit, disebut Bukit Boko. Situs ini terletak di 196 m di atas permukaan laut.

Pada titik tertinggi di situs ini, ada paviliun kecil dimana Anda dapat melihat panorama candi Prambanan dengan Gunung Merapi sebagai latar belakang. Candi Boko terletak kurang lebih 3 kilometer ke arah Timur dari kompleks Candi Prambanan ke arah Piyungan (lihat peta di bagian bawah).

Nama “Boko” itu sebenarnya berasal dari raja legendaris, Raja Boko, disebutkan dalam cerita rakyat Loro Jonggrang. Candi yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, keturunan Wangsa Syailendra.
Meskipun situs tersebut diduga dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, namun situs yang sebenarnya dibangun masih misteri sampai sekarang.

Di masa lalu, situs ini dibangun sebagai tempat meditasi untuk keluarga kerajaan. Situs ini dibagi menjadi empat bidang utama: tengah, timur, barat dan timur selatan.
Di tengah, Anda akan menemukan gerbang utama situs, sebuah gerbang tinggi 3 meter yang berbatasan dengan situs daerah luar.Di pintu gerbang Panabwara utama terdapat tulisan yang ditulis oleh Rakai Panabwara, keturunan Rakai Panangkaran . Dia mengukir namanya di sana dalam rangka untuk melegitimasi kekuasaannya di istana ini.
Memasuki gerbang utama, Anda akan menemukan halaman yang luas yang terdiri dari 2 candi, Candi Batu Putih (White Rock Temple) yang terbuat dari batu kapur putih dan Candi Pembakaran (Burning Temple) yang berfungsi sebagai krematorium untuk membakar mayat.Hanya beberapa meter dari Candi Pembakaran, terletak kolam pemandian suci, yang diyakini dapat membawa keberuntungan bagi mereka yang berendam di sana. Kolam ini digunakan oleh Hindu untuk melakukan ritual Tawur Agung.

>ENGLISH

Candi Ratu Boko (Queen Boko Temple) is an archaeological site that lies between the hill called the Mount of Boko. The site is located 196 m above sea level.

At the highest point on this site, there is a small pavilion where you can see the panoramic view with Mount Merapi, Prambanan temple as a backdrop. Boko Temple is located approximately 3 kilometers to the east of Prambanan Temple complex in the direction Piyungan (see map below).

The name "Boko" is actually derived from the legendary king, King Boko, mentioned in folklore Jonggrang Loro. The temple was built during the reign of Rakai Panangkaran, Wangsa descendant dynasty.
Although the site allegedly built in the reign of Rakai Panangkaran, but the actual site was built remains a mystery until now.

In the past, this site was built as a place of meditation for the royal family. The site is divided into four main areas: central, east, west and south east.
In the middle, you will find the site's main gate, a 3 meter high gate adjacent to the site area Panabwara luar.Di main gate there are posts written by Panabwara Rakai, Rakai Panangkaran descent. He carved his name in there in order to legitimize his rule in this court.
Entering the main gate, you will find a large yard that consists of two temples, Candi Batu Putih (White Rock Temple) made of white limestone and the Temple of Combustion (Burning Temple) that serves as a crematorium to burn mayat.Hanya few meters from the Temple Arson, lies the sacred bathing pool, which is believed to bring good luck to those who bathe there. This pool is used by Hindus to perform the ritual Tawur Court.

taman sari kraton jogya


Taman Sari juga dikenal sebagai Istana Air.Taman Sari adalah sebuah taman bekas kerajaan Kesultanan Yogyakarta. Terletak sekitar 2 km selatan lingkungan Kraton Yogyakarta. Dibangun pada pertengahan abad 18, Taman Sari memiliki beberapa fungsi, seperti area istirahat, bengkel, area meditasi, daerah pertahanan, dan tempat persembunyian.

Taman Sari terdiri dari empat bidang yang berbeda: sebuah danau buatan besar dengan pulau dan paviliun yang terletak di sebelah barat, sebuah kompleks mandi di tengah, kompleks paviliun dan kolam di selatan, dan sebuah danau kecil di sebelah timur. Hari ini hanya kompleks pemandian tengah yang terpelihara dengan baik, sedangkan daerah lain telah banyak ditempati oleh pemukiman Kampung Taman.

Sejak 1995, Kompleks Istana Yogyakarta termasuk Taman Sari telah terdaftar sebagai sebuah Situs Warisan Dunia.?
Sejarah
Pembangunan Taman Sari dimulai pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792), sultan pertama dari Kesultanan Yogyakarta, dan selesai pada saat Sultan Hamengkubuwono II. Lokasi pembangunan semula dikenal sebagai tempat pemandian yang disebut Pacethokan, sejak masa pemerintahan Sunan Amangkurat IV (1719-1726). [Menurut Kitab Mamana di Kraton Yogyakarta, pemimpin proyek untuk pembangunan Taman Sari adalah Tumenggung Mangundipura.Beliau melakukan perjalanan dua kali ke Batavia untuk belajar tentang arsitektur Eropa, yang menjadi alasan mengapa arsitektur Taman Sari bergaya Eropa.
Bupati Madiun, Raden Rangga Prawirasentika, turut berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan Taman Sari. Sultan Prawirasentika juga memohon untuk dibebaskan dari kewajiban pajak Madiun. Dia menawarkan cara-cara alternatif pembayaran lainnya. Sultan menerima proposalnya. Pada 1758, Sultan memerintahkan Bupati untuk mengawasi pembuatan batu bata dan berbagai perlengkapan, yang akan digunakan untuk membangun sebuah taman tersebut.

> ENGLISH

Taman Sari is also known as Air.Taman Sari Palace is a former royal garden Sultanate of Yogyakarta. Located about 2 km south of Yogyakarta Palace environment. Built in the mid-18th century, Taman Sari has several functions, such as rest area, workshop, meditation areas, defense areas, and hideouts.

Taman Sari consists of four distinct areas: a large artificial lake with islands, and pavilion located on the west, a bath complex in the center, pavilion and pool complex in the south, and a small lake in the east. Today only the middle bath complex are well maintained, while other regions have been much occupied by settlements Village Park.

Since 1995, including Yogyakarta Palace Complex Taman Sari has been listed as a World Heritage Site.?
History
Taman Sari Development began in the reign of Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792), the first sultan of the Sultanate of Yogyakarta, and completed at the time of Sultan Hamengkubuwono II. Construction site originally known as the bathing place called Pacethokan, since the reign of Sunan Amangkurat IV (1719-1726). [According to the Book Mamana the sultan's palace, the project leader for the development of Taman Sari is Tumenggung Mangundipura.Beliau to travel two times to Batavia to learn about European architecture, which is the reason why the architecture of European-style castle.
Regent Madison, Raden Rangga Prawirasentika, participate in financing the construction of Taman Sari. Sultan Prawirasentika also begged to be freed from tax liability Madison. He offers alternative ways of payment. The Sultan accepted his proposal. In 1758, the Sultan ordered the Regents to oversee the manufacture of bricks and a variety of equipment, which will be used to build a park.

Sabtu, 05 Juni 2010

Kasongan village tourism in Yogyakarta, Indonesia




In the Dutch colonial period, in one of the region south of Yogyakarta shocking events that never happened even frightening local residents with the finding of a horse owned by Detective Holland who died in the rice field owned by a citizen. For fear of punishment, these people relinquish their land and did not acknowledge his land again. This was followed by other villagers. Land that has been released even this eventually recognized by the other villagers. The consequences of not having rice field soil again, local residents eventually choose to become craftsmen ceramics to toys and kitchen utensils until now. This was revealed in the interview Prof. Et Gustami with local elders in the 1980s.

Areas that's what we know as Kasongan today. Padukuhan Kajen a village located in the low mountains of landless limestone. 15-20 minutes drive away from downtown.

Kasongan Village is a residential area of the kundi, which means the pitcher or gundi (people who make the kind of pitcher, gendi, pans and other kitchen items are also classified as decorative items).

"Starting from a common ancestor mengempal daily-ngempal land was not broken when put together, and began to form-shaped into a variety of functions which tend to be children's toys or kitchen items. Finally the customs handed down through generations from now" said Mr. Giman, one of the workers in the studio Loro Blonyo.

Visiting the village Kasongan, tourists will be greeted warmly by local residents. Just look at shelf space or showroom filled with a variety of ceramic handicrafts. And if interested in seeing the manufacture of ceramics, tourists can visit some galleries that produce ceramic crafts direct it in place. Starting from the milling, the formation of materials using perbot, drying products which normally takes 2-4 days. Items that have been dried and then burned, before finally finishing in-use wall paint or paint tile.


Working collectively, the gallery is usually a family business from generation to generation. Though now making ceramics involving neighbors around the dwelling owner of the gallery, but the family is still responsible for material selection and supervision of production.
Touch of Modern Design

At the beginning of this ceramic has no style at all. But the death of a horse legend has inspired craftsmen to come up with a horse motif on many products, particularly pottery horses carrier or roof complete with a basket placed on a horse, other than from the frog motif, rooster and an elephant.

Along with the development, with the introduction of modern and cultural influence of the outside through various media, after first introduced about Kasongan by Sapto Hudoyo around 1971-1972 with a touch of art and commercially and used commercially on a large scale by Sahid Ceramics around the 1980s, now tourists can encounter variety of different motifs on ceramics. Even tourists can book according to the wishes of motifs such as peacocks, dragons, roses and many others. Type of production itself already includes many types. No longer dwelling on children's toys (musical instrument, a frog, a piggy bank) and use the kitchen (pots, pengaron, Kendil, cormorant, kekep and others). Entering the gate Kasongan, will be composed of ceramic galleries along the shoulder of the road selling various decorative items. Form and function have also varied, ranging from small cigarette ash tray or flowerpot whose height reaches the shoulders of adults. Decorative items not only have the function, but also the goods merely as a display.
Ceramic Sculpture Loro Blonyo

One well-known ceramic ornaments are a pair of statues bride who was sitting politely. This pair of statues known as the Loro Blonyo which was first created by the studio owned by Loro Blonyo Walujo pack. The statue was adopted from a pair of Kraton's wedding statue. By implication Java, Loro means two or a pair, while a significant Blonyo makeup through a procession of bathing and dressed. "But the true meaning will still be a question Loro Blonyo workers in Kasongan" said Mr. Giman.

Loro Blonyo statue of trust will bring hockey and create lasting family life when placed in the home, according to Pak Giman on YogYES, just bring a positive influence on selling this pair of ceramic sculpture. While some foreign tourists who love the shape, special ordered with a variety of forms, such as dancers, guitar players, pragawati and others. His clothes no longer use Java grip, other than some countries adopt distinctive clothing, the most widely wearing Balinese and Thai motifs. Some ceramics gallery has now been sold a pair of these unique sculptures that are still produced by several different forms.
Village Tourism

Since the late 20th century, after the Indonesian crisis, now in Kasongan tourists can find various products other than pottery. The entry of immigrants who opened the gallery in Kasongan is one of influence. Items sold are also still include local handicrafts such as coconut wood crafts, craft or crafts in dried herbs shellfish. "The business name itukan go with the flow and development, see the opportunities that exist" said Mr Giman. But pottery is still a major milestone in the livelihoods of local people. "Let her talent, anyways have no other skills. Lha wong highest high school education, rose a few" he added.


Ceramics with various forms of modern and even artistic motifs, and various other crafts as an additional attraction Kasongan today. A story full of tourist attractions and beautiful items hand the expertise of local residents stirred clay.

Two months after the earthquake, now in many galleries Kasongan been active again, although some are still in a rebuilding stage. So far, look no further signs of concern from the owners or workers. Locals hope that tourists will return to visit Kasongan like before the earthquake.
Contribute a better translation

Borobudur, the Biggest Buddhist Temple in the 9th century




Who does not know Borobudur? This Buddhist temple has 1460 relief panels and 504 Buddha effigies in the complex. Millions of people longing to visit the building which is included in this World Wonder Heritages. Not surprisingly, since architecturally and functionally, as a place of prayer, Borobudur is attractive.

Borobudur was built by King Samaratungga, one of the kings of Old Mataram Kingdom, the descendant of Wangsa Syailendra. Based Kayumwungan inscription, an Indonesian named Hudaya Kandahjaya revealed that Borobudur is a place of worship which was completed May 26 824, nearly a hundred years since the early days was built. The name of Borobudur itself according to some people means a mountain having terraces (budhara), while the other says that Borobudur means monastery on the high places.

Berundak punden Borobudur-shaped building consists of 10 levels. Height of 42 meters before being renovated and 34.5 meters after the renovation because the lowest level was used as a brace. Six lowest level and square on the upper three floors and a circular highest level of Buddhist stupa facing to the west. Each terrace symbolizes the stages of human life. In accordance madhhabs Mahayana Buddhism, anyone who wants to reach a level as Buddha through every level must be that life.

The base of Borobudur, called Kamadhatu, symbolizing human beings that are still bound by lust. Four levels mentioned above represents Rupadhatu humans who have set themselves free from lust but still tied to appearance and shape. At these levels, a statue of Buddha placed in the open. Meanwhile, three levels above where the Buddhist stupa placed in the hole-hole called Arupadhatu, symbolizing human beings that have been freed from lust, appearance, and shape. The top part is called Arupa symbolizes nirvana, where Buddha is residing.

Each terrace has beautiful reliefs that show how skillful. Relief will be read by coherently when you walk clockwise (toward the left of the entrance of the temple). The relief panels tell the legendary story of Ramayana. In addition, there are relief panels describing the condition of society at that time. For example, relief of farmers' activity reflecting the advance of agriculture system and relief of sailing boat representing the advance of the time the cruise was centered in Bergotta .